Program Sumber Daya Air

Tentang

Air Limbah Domestik menjadi masalah serius di Jakarta sebab sebagian besar badan air di Jakarta sudah tercemar sehingga mengancam ekosistem sungai di Jakarta.

Air Limbah Domestik terbagi atasi dua kategori: Grey Water dan Black Water. Grey Water

Grey Water adalah air buangan yang berasal dari limbah dapur dan wastafel, biasanya masih mengandung limbah hasil cucian.
Black Water adalah air buangan yang berasal dari toilet, tinja dan air seni.

Bila tidak diolah dengan baik, air limbah domestik akan mencemari sungai. Membuat sungai menjadi berwarna hitam, bau tak sedap, serta menjadi sarang penyakit. Selain itu, ada beberapa kasus tangki septik yang tidak kedap membuat air limbah mencemari air tanah.

Bahan buangan organik yang berasal dari limbah ini umumnya berupa limbah yang dapat membusuk atau terdegradasi oleh mikroorganisme, sehingga hal ini dapat mengakibatkan pencemaran pada air tanah. Bila dikonsumsi, air tanah yang telah tercemar bisa mengakibatkan beberapa masalah kesehatan yang serius, seperti diare, kolera, dan bahkan stunting pada anak
Cara pengolahan air limbah domestik yang baik adalah dengan memiliki tangki septik yang kedap di rumah, dengan begitu air limbah domestik tidak langsung terbuang ke badan air melainkan diolah terlebih dahulu.

Tangki septik yang baik harus disedot setiap 3 - 5 tahun sekali, agar tangki tidak kelebihan muatan dan rusak. Hasil sedot tangki septik akan dibawa ke Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja untuk diolah guna memisahkan cairan dan padatan limbah. Cairan limbah masuk ke kolam pengolahan untuk diproses lebih lanjut hingga cairan tersebut aman untuk dibuang ke badan air berdasarkan standar baku mutu sesuai Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan sisa residu lumpur akan digunakan untuk keperluan lainnya seperti pembuatan pupuk kompos dan bahan baku biogas.

Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)

Air Limbah Domestik menjadi masalah serius di Jakarta sebab sebagian besar badan air di Jakarta sudah tercemar sehingga mengancam ekosistem sungai di Jakarta.

Air Limbah Domestik terbagi atas dua kategori: Grey Water dan Black Water.

Grey Water adalah air buangan yang berasal dari limbah dapur dan wastafel, biasanya masih mengandung limbah hasil cucian. 


Black Water adalah air buangan yang berasal dari toilet, tinja dan air seni.

Bila tidak diolah dengan baik, air limbah domestik akan mencemari sungai. Membuat sungai menjadi berwarna hitam, bau tak sedap, serta menjadi sarang penyakit. Selain itu, ada beberapa kasus tangki septik yang tidak kedap membuat air limbah mencemari air tanah. 

 

Bahan buangan organik yang berasal dari limbah ini umumnya berupa limbah yang dapat membusuk atau terdegradasi oleh mikroorganisme, sehingga hal ini dapat mengakibatkan pencemaran pada air tanah. Bila dikonsumsi, air tanah yang telah tercemar bisa mengakibatkan beberapa masalah kesehatan yang serius, seperti diare, kolera, dan bahkan stunting pada anak


Cara pengolahan air limbah domestik yang baik adalah dengan memiliki tangki septik yang kedap di rumah, dengan begitu air limbah domestik tidak langsung terbuang ke badan air melainkan diolah terlebih dahulu. 


Tangki septik yang baik harus disedot setiap 3 - 5 tahun sekali, agar tangki tidak kelebihan muatan dan rusak. Hasil sedot tangki septik akan dibawa ke Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja untuk diolah guna memisahkan cairan dan padatan limbah. Cairan limbah masuk ke kolam pengolahan untuk diproses lebih lanjut hingga cairan tersebut aman untuk dibuang ke badan air berdasarkan standar baku mutu sesuai Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan sisa residu lumpur akan digunakan untuk keperluan lainnya seperti pembuatan pupuk kompos dan bahan baku biogas. 

 

Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) merupakan sebuah struktur yang dirancang untuk mengolah air limbah domestik sehingga memungkinkan air tersebut dapat digunakan pada aktivitas lain. 

 

Dalam pelayanannya, Dinas Sumber Daya Air Provinsi DKI Jakarta terus membangun IPAL di berbagai titik kota guna meningkatkan kualitas sanitasi kota Jakarta.

 

Peta Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)

Jakarta Sewerage System

Meningkatnya pertumbuhan penduduk dan perkembangan ekonomi di DKI Jakarta apabila tidak diimbangi dengan sistem pengelolaan air limbah yang baik dapat menimbulkan permasalahan lingkungan dan kesehatan bagi masyarakat. Dalam meningkatkan pengolahan air limbah tersebut, Dinas Sumber Daya Air Jakarta melaksanakan kegiatan pembangunan Jakarta Sewerage System (JSS) melalui proyek Jakarta Sewerage Development Program (JSDP) di 15 Zona (Zona 0 sebagai zona eksisting) yang berperan sebagai Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik Terpusat (SPALD-T) di DKI Jakarta.

 

JSS merupakan sistem pengelolaan yang dilakukan dengan mengalirkan air limbah domestik dari masing-masing rumah dan gedung yang dialirkan melalui sistem perpipaan menuju ke IPAL untuk dilakukan pengolahan.

Peta 15 Zona JSS

Go To Top